Bandara Letkol Wisnu, yang berlokasi di Desa Sumberkima, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali Utara, merupakan fasilitas udara yang sempat beroperasi dan lebih banyak digunakan sebagai lapangan latihan penerbangan. Meski sempat aktif, bandara ini telah lama tidak beroperasi. Kondisi infrastruktur yang terbatas dan fasilitas yang belum memadai menjadi kendala utama dalam mengoptimalkan potensi bandara ini. Sehingga berdampak pada akses transportasi udara yang minim di Bali Utara, sehingga mobilitas masyarakat dan wisatawan masih bergantung pada Bandara Internasional Ngurah Rai yang berlokasi di Bali Selatan.
Kondisi tersebut menyebabkan ketidakmerataan pembangunan ekonomi antara Bali Selatan dimaksimalkan secara optimal, padahal wilayah ini memiliki kekayaan alam dan budaya yang luar biasa untuk dikembangkan sebagai destinasi unggulan. Oleh sebab itu, transformasi Bandara Letkol Wisnu menjadi bandara komersial dan modern menjadi kebutuhan penting untuk mempercepat akselerasi mobilitas dan penguatan ekonomi daerah Bali Utara.
Transformasi Bandara Letkol Wisnu di Kabupaten Buleleng merupakan proyek strategis yang menggabungkan pendekatan reaktivasi dan revitalisasi. Proyek ini bertujuan menghidupkan kembali fungsi bandara yang selama ini non-aktif, sekaligus meningkatkan standar infrastruktur dan pelayanan agar mampu menunjang mobilitas penumpang, pelatihan penerbangan, serta aktivitas ekonomi lainnya.
Secara teknis, beberapa perbaikan signifikan akan dilakukan, mencakup perpanjangan landasan pacu (runway) dari semula sekitar 900 meter menjadi sekitar 1.200 meter. Perpanjangan landasan menjadi 1.200 meter akan mengangkat status Bandara Letkol Wisnu ke klasifikasi Bandara kelas B menurut standar Kementerian Perhubungan, sehingga dapat mendukung operasional pesawat berbadan kecil seperti N219 yang dikembangkan oleh PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Peningkatan ini akan memungkinkan bandara melayani penerbangan komersial dengan kapasitas yang lebih besar dibandingkan kondisi saat ini yang hanya dapat mengakomodasi pesawat kecil. Selain itu, pengembangan juga mencakup renovasi terminal penumpang, pembangunan hanggar, fasilitas navigasi udara, serta area parkir pesawat dan akses darat yang lebih representatif. Proyek ini tidak hanya dirancang untuk layanan penerbangan reguler, tetapi juga untuk mendukung ekosistem industri kedirgantaraan, termasuk pelatihan penerbangan dan kegiatan Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO).
Transformasi ini merupakan kolaborasi multipihak yang melibatkan Pemerintah Provinsi Bali, Pemerintah Kabupaten Buleleng, Perumda Kerta Bali Saguna (KBS), serta didukung oleh Bappenas, PT Dirgantara Indonesia, PT Nusantara Turbin Propulsi, PT Mulya Sejahtera Technology, Bali International Flight Academy (BIFA), dan beberapa operator maskapai. Dalam skema pengembangan, Perumda Kerta Bali Saguna berperan sebagai pelaksana utama dan fasilitator kerja sama antara sektor publik dan swasta.
Bandara Letkol Wisnu diproyeksikan menjadi bagian dari upaya pengembangan kawasan ekonomi baru di Bali Utara. Salah satu bentuk konkret adalah pengembangan program pelatihan penerbangan, pelatihan keahlian SDM kedirgantaraan, dan kegiatan penerbangan sipil berbasis komunitas, seperti joy flight. Menurut rencana, pengembangan tahap awal akan dimulai pada tahun 2025, dengan fokus pada reaktivasi bandara termasuk perpanjangan runway dan pembangunan infrastruktur pendukung utama. Sementara itu, pengembangan penuh menuju fungsi komersial dan pelatihan dirgantara ditargetkan dapat berjalan dalam kurun waktu 3-5 tahun ke depan, tergantung pada proses perizinan, penganggaran, dan kesiapan mitra strategis.
Transformasi Bandara Letkol Wisnu membawa berbagai dampak positif yang signifikan terhadap mobilitas masyarakat lokal dan wisatawan di Bali Utara diantaranya:
Reaktivasi Bandara Letkol Wisnu akan mempersingkat waktu perjalanan ke Bali Utara secara signifikan, menggantikan rute darat sekitar 3–4 jam dari Bandara Ngurah Rai menuju Buleleng yang selama ini menjadi kendala mobilitas. Dengan rute penerbangan langsung, wisatawan dan masyarakat lokal memperoleh akses yang lebih cepat, aman, dan efisien.
PT Dirgantara Indonesia menargetkan penerbangan langsung dari Denpasar, Surabaya, dan Banyuwangi ke Bandara Letkol Wisnu menggunakan pesawat N219, memberikan alternatif rute baru tanpa harus melewati Ngurah Rai.
Bali Utara sebagai hub alternatif dengan aksesibilitas antarwilayah yang lebih baik. Misalnya, Bandara akan menghubungkan destinasi wisata utama di utara sehingga membuka peluang aksesibilitas bagi wisatawan dan pelaku UMKM lokal.
Selama ini pariwisata dan ekonomi Bali sangat terkonsentrasi di selatan. Dengan adanya bandara di utara diharapkan dapat mempersempit kesenjangan pembangunan antarkawasan dan mendistribusikan aliran wisatawan lebih merata.
Bandara Ngurah Rai saat ini sudah mendekati kapasitas maksimal sekitar 23,6 juta penumpang per tahun, dengan hanya satu landasan pacu. Bandara baru di utara menjadi solusi mereduksi kepadatan dan meningkatkan efisiensi operasional nasional.
Transformasi Bandara Letkol Wisnu diproyeksikan membawa dampak ekonomi yang signifikan bagi kawasan Bali Utara. Dengan meningkatnya aksesibilitas melalui jalur udara, peluang pengembangan berbagai sektor menjadi terbuka luas, khususnya di bidang pariwisata, UMKM, logistik, dan pertanian. Destinasi wisata unggulan seperti Lovina, Gitgit, dan Danau Buyan akan semakin mudah dijangkau oleh wisatawan domestik maupun mancanegara, yang akan mendorong pertumbuhan bisnis lokal, mulai dari akomodasi, kuliner, hingga usaha transportasi dan kerajinan.
Selain pariwisata, sektor logistik juga akan mendapatkan manfaat dari revitalisasi bandara. Dengan adanya jalur penerbangan baru, distribusi barang dan produk lokal akan menjadi lebih efisien, memungkinkan petani dan produsen lokal untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Ini akan meningkatkan daya saing produk lokal dan memberikan peluang baru bagi pertanian dan industri kreatif.
Transformasi ini juga diharapkan menarik investasi swasta, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Dengan infrastruktur yang lebih baik dan potensi pasar yang berkembang, investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi di Bali Utara. Hal ini dapat mendorong pengembangan kawasan ekonomi baru, yang akan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
Pemerataan ekonomi menjadi salah satu tujuan utama dari proyek ini. Dengan meningkatnya aksesibilitas dan investasi, diharapkan akan terjadi peningkatan nilai investasi daerah, yang akan mengurangi kesenjangan ekonomi antara Bali Utara dan Selatan. Pembangunan infrastruktur yang lebih baik akan menciptakan peluang kerja baru, yang akan membantu mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat lokal.
Transformasi Bandara Letkol Wisnu merupakan langkah strategis yang diharapkan dapat mengakselerasi mobilitas dan memperkuat ekonomi Bali Utara. Dengan transformasi ini, Bandara Letkol Wisnu diharapkan tidak hanya menjadi simpul konektivitas baru di Bali Utara, tetapi juga pusat pertumbuhan ekonomi dan inovasi yang mendorong pemerataan pembangunan antarwilayah di Provinsi Bali. Dukungan dan partisipasi dari semua pihak, mulai dari pemerintah, pelaku usaha, hingga masyarakat, sangat dibutuhkan agar transformasi Bandara Letkol Wisnu dapat berhasil. Mari bersama-sama jadikan Bandara Letkol Wisnu sebagai pintu gerbang baru yang membuka peluang bagi kemajuan Bali Utara dan kesejahteraan masyarakatnya.
Sumber: