Sebagai pusat pariwisata kelas dunia, Bali memiliki peran penting dalam menunjukkan komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan. Namun, tingginya aktivitas transportasi di pulau ini menyebabkan peningkatan emisi karbon dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Situasi ini menuntut adanya solusi konkret untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, pelestarian lingkungan, dan kualitas hidup masyarakat. Salah satu strategi yang kini diupayakan secara serius adalah pengembangan ekosistem Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB). Artikel ini akan membahas perkembangan tren kendaraan listrik secara global dan nasional, pentingnya transisi ini bagi Bali, serta proyeksi dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi dalam jangka panjang.
Dalam satu dekade terakhir, kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) telah menjadi tren global seiring meningkatnya kesadaran terhadap isu lingkungan dan kebutuhan mobilitas yang ramah lingkungan. Laporan International Energy Agency (IEA) 2023 menyebutkan bahwa pada tahun 2022, penjualan mobil listrik dunia menembus 10 juta unit, tumbuh lebih dari tiga kali lipat dibandingkan 2019 (IEA, 2023). Indonesia termasuk pasar yang pertumbuhannya tercepat di Asia Tenggara, didorong oleh dukungan pemerintah dan potensi cadangan nikel nasional yang menjadi bahan baku utama baterai EV. Pada 2024, di Indonesia tercatat 167.000 unit EV roda dua dan 68.000 unit roda empat beroperasi. Khusus di Bali, adopsi EV tumbuh hingga 397,55% pada 2023, dari hanya 880 unit pada 2022 menjadi 3.837 unit di 2023. Data per Agustus 2024 menunjukkan total 7.752 kendaraan listrik beroperasi di Bali, yang terdiri atas 6.682 kendaraan roda dua dan 1.070 kendaraan roda empat.
Sektor transportasi menyumbang sekitar 43% total emisi gas rumah kaca di Bali. Kendaraan listrik menjadi solusi konkret untuk menurunkan emisi, mengurangi polusi udara, dan memperbaiki kualitas udara.
Kendaraan listrik beroperasi tanpa emisi dan nyaris tanpa suara. Hal ini menciptakan lingkungan yang lebih bersih, tenang, dan nyaman bagi wisatawan dan penduduk lokal. Penggunaan KBLBB juga memperkuat citra Bali sebagai destinasi ramah lingkungan yang menjadi daya tarik penting bagi wisatawan global.
Transisi ke KBLBB merupakan bagian dari roadmap provinsi menuju pembangunan rendah karbon dan keberlanjutan jangka panjang.
Transisi ini sejalan dengan filosofi "Nangun Sat Kerthi Loka Bali," yang bertujuan menjaga keharmonisan dan kesucian alam. Dengan beralih ke KBLBB, masyarakat Bali dapat menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Pemerintah Provinsi Bali telah menyusun Rencana Aksi Daerah (RAD) Percepatan Penggunaan KBLBB untuk periode 2022-2026 sebagai panduan strategis. Roadmap ini mencakup:
RAD ini menetapkan target jumlah kendaraan listrik (mobil, motor, dan bus) yang harus dicapai dalam kurun waktu 2022-2026. Pemerintah menargetkan jumlah EV roda dua mencapai 8.000 unit, roda empat 800 unit, dan bus listrik mencapai 200 unit.
Pengembangan infrastruktur pendukung, seperti Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU), menjadi fokus utama. Infrastruktur SPKLU ditargetkan mencapai lebih dari 166 unit yang tersebar strategis di Bali.
Penurunan emisi karbon melalui konversi transportasi publik maupun pariwisata.
Roadmap ini juga didukung oleh regulasi yang kuat, seperti Peraturan Gubernur Bali Nomor 48 Tahun 2019 tentang Penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai yang memberikan landasan hukum kuat untuk pengembangan ekosistem ini.
Penggunaan EV di sektor pariwisata seperti transportasi hotel, rental scooter, dan shuttle bandara memberikan pengalaman wisata yang lebih bersih, sunyi, dan ramah lingkungan. Model EV di kawasan wisata meningkatkan daya tarik “eco-tourism” dan menciptakan nilai tambah di mata wisatawan global. Studi memproyeksikan bahwa penggunaan EV dalam layanan wisata dapat mengurangi 1,9 juta kg CO₂ per tahun, setara penanaman 32.668 pohon dalam 10 tahun. Begitupun dari sisi ekonomi, penerapan KBLBB dapat membuka peluang baru. Meskipun ada kekhawatiran tentang potensi penurunan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), transisi ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja baru di sektor teknologi, manufaktur baterai, dan layanan perawatan kendaraan listrik. Secara makro, transisi ini juga mengurangi ketergantungan impor bahan bakar fosil dan mendukung pengembangan industri baterai berbasis nikel di Indonesia. Dari aspek sosial, elektrifikasi transportasi akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Bali dengan udara yang lebih sehat. Biaya operasional EV yang lebih rendah dalam jangka panjang juga dapat memberikan penghematan yang signifikan bagi pengguna, terutama untuk kalangan UMKM yang mengandalkan kendaraan sebagai alat produksi.
Transformasi menuju transportasi rendah emisi melalui kendaraan listrik merupakan langkah penting dalam menjaga keberlanjutan Pulau Bali. Dengan dukungan kebijakan yang progresif, partisipasi sektor swasta, dan keterlibatan masyarakat, Bali memiliki potensi besar untuk menjadi percontohan nasional dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik yang terintegrasi. Diperlukan komitmen berkelanjutan dari seluruh pemangku kepentingan mendorong penggunaan kendaraan listrik secara lebih luas baik melalui penyediaan infrastruktur, edukasi publik, maupun inovasi teknologi. Setiap inisiatif yang dilakukan hari ini akan menentukan arah masa depan Bali sebagai daerah yang bersih, tangguh energi, dan ramah lingkungan. Dukung perkembangan kendaraan listrik untuk menciptakan masa depan Bali yang lebih bersih, hijau, dan berkelanjutan. Jadikan Bali sebagai destinasi wisata ramah lingkungan kelas dunia melalui langkah nyata dalam penggunaan kendaraan listrik.
Sumber: